Senin, 01 Mei 2017

BENCANA ALAM GEMPA BUMI



BENCANA ALAM
Gempa Bumi


OLEH 

1.      MADE ANAND SURYAPUTRA                          NIM.1513071033
2.      KOMANG EDI SUASTRAWAN                          NIM.1513071038
           3.      SEPTYAN WAHYU WIDIANTO                        NIM. 1513071045      



JURUSAN PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017



  
KATA PENGANTAR

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Gempa Bumi” pada mata kuliah BENCANA ALAM  ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Akhir kata kami sebagai penulis mengharapkan agar makalah sederhana ini dapat dipahami dan bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.



                                                                                 Singaraja, 16 Februari 2017
                                                                                                                                                           
                                                                                         Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang masalah...................................................................................... 1
1.2   Rumusan Masalah............................................................................................... 1
1.3   Tujuan.................................................................................................................. 2
1.4   Manfaat……….................................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1   Definisi Gempa Bumi.......................................................................................... 3
2.2   Intensitas Dan Magnitude Gempa........................................................................ 6
2.3   Penyebab Gempa Bumi........................................................................................ 9
2.4   Proses Terjadinya Gempa Bumi.......................................................................... 11
2.5   Potensi Gempa Bumi di Dunia............................................................................ 13
2.6   Dampak Gempa Bumi......................................................................................... 14
BAB 3. PENUTUP
3.1   Simpulan….......................................................................................................... 19
3.2   Saran………….................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat dihuni oleh makhluk hidup dalam sistem tata surya. Bumi merupakan sebuah planet yang memiliki berbagai unsur yang memungkinkan untuk berlangsungnya kehidupan. Bumi adalah sebuah planet yang sangat kompleks serta memilki beragam kehidupan di dalamnya,. Semua makhluk hidup pada lapisan litosfer bumi baik itu di daratan maupun di lautan. 
Namun dalam perkembangannya kehidupan makhluk hidup di bumi tidak sertamerta hidup dengan damai. Banyak  hal-hal yang terjadi dan mengganggu kelangsungan makhluk hidup. Salah satunya yaitu adanya bencana alam.  Bencana alam merupakan suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi makhluk hidup. Banyak terjadi bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi. Bencana alam itu seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, badai dan lain-lain.   
Salah satu bencana alam yang paling sering terjadi dan hampir di seluruh dunia pernah mengalami bencana gempa bumi. Gempa bumi (earthquake) merupakan getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energi yang terkumpul secara tiba-tiba. Gempa bumi merupakan salah satu dampak negatif dari adanya proses tektonik, daerah-daerah pertemuan tumbukan tersebut menjadi daerah yang rawan akan terjadinya gempa bumi. Maka berdasarkan dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah yang berjudul gempa bumi.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas adapun rumusan masalah yang penulis dapatkan yaitu sebagai berikut :
1.      Apakah yang dimaksud dengan gempa bumi?
2.      Apakah intensitas dan Magnitude gempa bumi?
3.      Apa sajakah penyebab gempa bumi?
4.      Bagaimanakah proses terjadinya gempa bumi?
5.      Bagaimanakah potensi gempa bumi di dunia?
6.      Apakah dampak yang ditimbulkan gempa bumi?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas adapun tujuan yang ingin penulis sampaikan yaitu sebagai berikut :
1.      menjelaskan definisi gempa bumi
2.      menjelaskan intensitas dan magnitude gempa bumi
3.      menjelaskan penyebab gempa bumi
4.      mendeskripsikan proses terjadinya gempa bumi
5.      menunjukkan potensi gempa bumi di dunia
6.      menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi

1.4  Manfaat


  1. .     Bagi Penulis

Pembuatan makalah ini telah memberikan berbagai pengalaman bagi penulis seperti pengalaman untuk mengumpulkan bahan. Disamping itu, penulis juga  mendapat  ilmu  untuk  memahami  dan  menganalisis  materi  yang  ditulis dalam makalah ini. Penulis juga mendapatkan berbagai pengalaman mengenai teknik penulisan makalah, teknik pengutipan, dan teknik penggabungan materi dari berbagai sumber.
2.      Bagi Pembaca
Pembaca yang membaca makalah ini akan dapat memahami konsep tentang gempa bumi seperti definisi gempa bumi, penyebab gempa bumi, proses terjadinya gempa bumi, potensi gempa bumi di dunia, dan dampak yang ditimbulkan dari gempa bumi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Definisi Gempa Bumi
Gempa bumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energi yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang mengalami deformasi. Gempa bumi dapat didefinisikan sebagai rambatan gelombang pada massa batuan atau tanah yang berasal dari hasil pelepasan energi kinetik yang berasal dari dalam bumi. Sumber energi yang dilepaskan dapat berasal dari hasil tumbukan lempeng, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan atau tanah (Noor, 2011:249).
Gempa bumi memancarkan energi melalui bumi dalam bentuk  gelombang seismik. Gempa ialah getaran yang dirasakan di permukaan bumi akibat adanya sumber getaran yang terdapat di dalam bumi. Pusat gempa bumi, yaitu titik di dalam bumi di mana gempa terjadi disebut hypocenter, dan titik pada permukaan bumi tepat diatas pusat gempa bumi disebut epicenter.

Gambar 1 : Ilustrasi letak focus dan epicenter gempa.

Alat seismograf dirancang untuk merekam gelombang seismik yang dipancarkan dari sumber gempa bumi. Hasil rekaman seismograf disebut seismogram. Dari seismogram dapat diketahui intensitas atau amplitudo gelombang seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa bumi. Intensitas gempa atau kekuatan gempa bumi didasarkan pada amplitudo gelombang seismik yang terekam pada seismogram, dan dinyatakan dalam skala Richter. Gempa bumi yang merusak, biasanya mempunyai kekuatan (magnitudo) di atas 6 dalam skala Richter, misalnya gempa bumi yang menghancurkan kota Kobe di Jepang pada tanggal 17 Januari 1995 yang lalu mempunyai magnitudo 7,2 dalam skala Richter.
Gempa bumi utama selalu didahului oleh gempa pendahuluan. Karena waktu jeda (interval waktu) antara gempa pendahuluan dan gempa utama  sangat pendek, maka petugas tidak akan sempat memberi peringatan kepada penduduk yang akan dilanda gempa bumi. Selain itu, gempa pendahuluan biasanya lemah dan tidak terasa oleh manusia. Gempa dapat dibagi menjadi beberapa yaitu sebagai berikut.
A.    Berdasarkan proses terjadinya , gempa bumi dibagi menjadi :
1.      Gempa pendahuluan, amplitudonya kecil dan terjadi sebelum gempa besar atau gempa utama.
2.      Gempa utama, amplitudonya besar sehingga dapat dirasakan oleh manusia.
3.      Gempa susulan, terjadinya beberapa menit atau jam setelah gempa utama. Gempa ini lemah kadang terjadi berulang.
B.     Berdasarkan hiposenter, gempa bumi dibagi menjadi :
1.      Gempa-dalam, kedalaman hiposenter lebih dari 300 km. Gempa ini dapat mencapai permukaan, tetapi amplitudonya menjadi kecil sehingga tidak berbahaya.
2.      Gempa-sedang, kedalaman hiposenter antara 60 dan 300 km. Pada umumnya, gempa sedang jarang menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi.
3.      Gempa-dangkal, kedalaman hiposenter kurang daro 60 km. Gempa dangkal sering menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi, misalnya gempa bumi di Liwa-Lampung, Sumatra pada tahun 1994.
C.     Berdasarkan proses fisis, gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi :
1.      Gempa tektonik
Gempa ini diakibatkan oleh pergeseran lempeng benua. Gempa tektonik sering menimbulkan kerusakan korban jiwa. Jika episenter berada di laut, maka akan menimbulkan Tsunami, yaitu gelombang laut yang besar. Misalnya, gempa yang terjadi pada tanggal 12 Desember 1992 di Maumere, kabupaten Sika di Pulau Flores dengan kekuatan 6,8 skala Richter, dan episenter berada didasr laut sejauh 30 km dari  Maumere, sedangkan kedalaman hiposenter sekitar 20 km di bawah permukaan laut. Tsunami yang terjadi akibat gempa bumi ini dapat menaikan air laut ke daratan sampai ketinggian pohon kelapa. Jumlah korban yang tewas sekitar 2000 orang, dan kerugian harta benda 200 miliar  rupiah. Gempa tektonik berkekuatan 6,4 skala Richter mengguncang kecamatan Pandeglag , wilayah Banten Selatan, Jawa Barat, pada hari selasa  21 Desember 1999, sekitar pukul 21.14 WIB. Gempa ini juga terasa di daerah Jakarta dan Bandung Selatan. Menurut data yang dihimpun Antara dan Pusat Gempa Nasional-Badan Meteorologi dan Geofisika, lokasi gempa berada pada kedalam  sekitar 33 km. akan tetapi US Geological  Survey yang berpusat di Colorado Amerika Serikat mencatat pusat gempa berada pada kedalaman 60 km, dengan posisi gempa berada pada 6,6°LS dan 105,5°BT. Dalam gempa tektonik ini dilaporkan lima orang tewas dan ribuan rumah rusak. Gempa terjadi  di zone patahan yang berada di bawah Selat Sunda. Perbedaan dalam menentukan lokasi gempa dapat ditolerir, tetapi biasanya perbedaannya sekitar 15 km. (Pikiran Rakyat, 22 Desember 1999 dalam Tjasyono, 2003).
2.      Gempa vulkanik
Gempa ini disebabkan oleh kegiatan magma dekat permukaan bumi atau disebabkan oleh letusan gunung berapi (vulkano). Gempa vulkanik biasanya mempunyai intensitas lemah dan terjadi pada daerah sekitar gunung meletus. Kerusakan dan korban jiwa lebih disebabkan oleh letusannya daripada gempanya.
3.      Gempa runtuhan
Gempa runtuhan disebabkan  oleh runtuhan batuan, misalnya pada gua atau disebabkan oleh  longsor tanah. Gempa runtuhan mempunyai intensitas lemah dan terjadi secara local.
2.2  Intensitas dan magnitude gempa
Intensitas dan magnitude gempa yang terjadi di permukaan bumi dapat diketahui melalui alat seismograf, yaitu suatu alat pencatat getaran seismik yang sangat peka dan di tempatkan di berbagai lokasi di Bumi. Untuk menentukan magnitude gempa didasari atas besarnya amplitude gelombang seismik yang tercatat pada alat seismograf. Skala Richter (M) adalah satuan yang dipakai untuk mengukur besarnya magnitude gempa. Satuan besaran gempa berdasarkan satuan skala Richter adalah 1 hingga 10. Satuan intensitas dan magnitude gempa bumi dapat juga diukur berdasarkan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh getaran gelombang seismik yang dikenal dengan satuan Intensitas Modifikasi Mercalli (MMI), nilai satuan ini berkisar dari 1 hingga 12 (Noor, 2011:250).
Berikut ini adalah sebuah tabel yang menggambarkan tingkatan magnitude dan kekuatan gempa, dan pengaruh-pengaruhnya.

Tabel 2.1 Magnitude dan Kelas Kekuatan Gempa
Magnitude Gempa
Kelas Kekuatan Gempa
Pengaruh Gempa
Perkiraan Kejadian Pertahun
<2,5
Minor Earthquake
Umumnya tidak dirasakan, tetapi dapat direkam oleh seismograf
900.000
2,5 s/d 4,9
Light Earthquake
Selalu dapat dirasakan, tetapi hanya menyebabkan kerusakan kecil.
30.000
5,0 s/d 5,9
Moderate Earthquake
Menyebabkan kerusakan pada bangunan.
500
6,0 s/d 6,9
Strong Earthquake
Kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan besar, pada daerah dengan populasi tinggi.
100
7,0 s/d 7,9
Major Earthquake
Menimbulkan kerusakan serius.
20
≥8,0
Great Earthquake
Dapat meluluhlantakan daerah yang dekat dengan pusat gempa.
1 per 5-10 tahun

Pada kenyataannya skala Mercalli bersifat subjektif, maka untuk suatu kerusakan yang disebabkan oleh suatu gempa, pengamatan yang dilakukan oleh beberapa orang akan mempunyai pendapat yang berbeda mengenai tingkat kerusakan yang terjadi. Berikut merupakan tabel tingkatan kerusakan gempa dengan skala MMI.

Tabel 2.2 Skala Intensitas Modified Mercalli (MMI)
Skala Intensitas
Dampak Kerusakan
I
Tidak dirasakan oleh kebanyakan orang, hanya beberapa orang yang dapat merasakan dalam situasi tertentu.
II
Dapat dirasakan oleh beberapa orang yang sedang diam/istirahat. Dapat memindahkan dan menjatuhkan benda-benda.
III
Dirasakan oleh sedikit orang, terutama yang berada di dalam rumah, seperti getaran yang berasal dari kendaraan berat yang melintas di dekat rumah.
IV
Dirasakan oleh banyak orang, beberapa orang terbangun di saat tidur. Piring dan jendela bergetar dan dapat mendengar suara-suara yang berasal dari pecahan barang pecah belah.
V
Dirasakan oleh setiap orang yang saling berdekatan. Banyak orang terbangun di saat tidur. Terjadi retakan pada dinding tembok. Barang-barang terbalik dan pohon-pohon mengalami kerusakan.
VI
Dirasakan oleh setiap orang, terjadi runtuhan tembok dan terjadi kerusakan pada menara/tugu.
VII
Setiap orang berlarian keluar rumah, bangunan berstruktur buruk mengalami kerusakan. Dapat dirasakan oleh orang-orang yang berada di dalam kendaraan.
VIII
Runtuhnya bangunan yang berstruktur buruk, tiang dan menara, dinding runtuh. Tersemburnya pasir dan lumpur dari dalam tanah.
IX
Kerusakan pada bangunan berstruktur tertentu, sebagian runtuh. Gedung-gedung tergeser dari pondasinya. Tanah mengalami retakan dan pipa-pipa yang mengalami pecah.
X
Hampir semua bangunan berstruktur beton dan kayu rusak. Tanah retak-retak, rel kereta api bengkok, dan pipa-pipa pecah
XI
Hanya beberapa struktur bangunan beton yang tersisa. Terjadi retakan yang panjang di permukaan tanah. Pipa terpotong dan terjadi longsoran tanah dan rel kereta api terputus.
XII
Kerusakan total. Gelombang permukaan tanah dapat teramati dan benda-benda terlempar ke udara.
Sumber: (Noor, 2011)

Tabel 2.3 Hubungan Antara Magnitude dengan Intensitas Gempa

Skala Magnitude

Skala Intensitas

Karakteristik pengaruh gempa di daerah populasi
< 3,4
I
Hanya terdeteksi oleh seismograf
3,5 – 4,2
II dan III
Terasa oleh beberapa orang di dalam bangunan
4,3 – 4,8
IV
Terasa oleh banyak orang dan jendela bergetar
4,9 – 5,4
V
Terasa oleh semua orang, piring-piring pecah dan pintu bergoyang
5,5 – 6,1
VI dan VII
Kerusakan ringan bangunan, lantai rekah, dan bata berjatuhan
6,2 – 6,9
VIII dan IX
Kerusakan bangunan lebih parah, cerobong asap runtuh dan rumah-rumah bergerak di atas fondasinya
7 – 7,3
X
Kerusakan serius, jembatan-jembatan terpelintir, dinding rekah, bangunan dari bata runtuh
7,4 – 7,9
XI
Kehancuran berat, banyak bangunan runtuh
>8
XII
Hancur total, benda-benda terlempar ke udara
            Sumber: (Sapiie,2006)
2.3  Penyebab Gempa Bumi
Banyak teori yang telah dikemukakan mengenai penyebab terjadinya gempa bumi. Menurut pendapat para ahli, sebab-sebab terjadinya gempa adalah sebagai berikut:
1.      Runtuhnya gua-gua besar yang berada di bawah permukaan tanah. Namun, kenyataannya keruntuhan yang menyebabkan terjadinya gempa bumi sangat kecil kemungkinannya dan bahkan tidak pernah terjadi.
2.      Tabrakan meteor pada permukaan bumi. Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata surya kita terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi. Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfer bumi dan kadang-kadang sampai ke permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar. Getaran ini disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali terjadi. Kejadian ini sangat jarang terjadi dan pengaruhnya juga tidak terlalu besar.
3.      Letusan gunung berapi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Gempa bumi jenis ini disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi bila dibandingkan dengan gempa tektonik. Ketika gunung berapi meletus maka getaran dan guncangan letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh 20 mil. Gunung api yang akan meletus selalu diiringi dengan gempa yang menggetarkan permukaan bumi disekitarnya, hal ini disebabkan oleh pergerakan magma yang akan keluar dari perut bumi ketika gunung akan meletus. Ketika magma bergerak kepermukaan gunung api, ia akan bergerak dan memecahkan bebatuan gunung api. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya getaran yang cukup kuat dan berkepanjangan sehingga menimbulkan gempa bumi. Disamping akibat dari tumbukan antara magma dengan dinding-dinding gunung api, gempa vulkanik juga dapat disebabkan oleh tekanan gas pada letusan yang sangat kuat dan perpindahan magma didalam dapur magma. Sejarah mencatat, di Indonesia pernah terjadi letusan gunung berapi yang sangat dahsyat pada tahun 1883 yaitu meletusnya Gunung Krakatau yang berada di Jawa barat. Letusan ini menyebabkan guncangan dan bunyi yang terdengar sampai sejauh 5000 Km. Letusan tersebut juga menyebabkan adanya gelombang pasang “Tsunami” setinggi 36 meter di lautan dan letusan ini memakan korban jiwa sekitar 36.000 orang. Gempa ini merupakan gempa mikro sampai menengah, gempa ini umumnya berkekuatan kurang dari 4 skala Richter. Dari seluruh gempa bumi yang terjadi hanya 7% yang termasuk kedalam gempa bumi vulkanik.
4.   Kegiatan tektonik. Semua gempa bumi yang memiliki efek yang cukup besar berasal dari kegiatan tektonik yaitu mencangkup 90% dari seluruh kegiatan gempa bumi. Gaya-gaya tektonik biasa disebabkan oleh proses pembentukan gunung, pembentukan patahan, gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan bagian-bagian benua yang besar. Gempa ini merupakan gempa yang umumnya berkekuatan lebih dari 5 skala Richter.
Dari berbagai teori yang telah dikemukakan, maka teori lempeng tektonik inilah yang dianggap paling tepat. Teori ini menyatakan bahwa bumi diselimuti oleh beberapa lempeng kaku keras (lapisan litosfer) yang berada di atas lapisan yang lebih lunak dari litosfer dan lempeng-lempeng tersebut terus bergerak dengan kecepatan 8 km per tahun sampai 12 km per tahun. Pergerakan lempengan-lempengan tektonik ini menyebabkan terjadinya penimbunan energi secara perlahan-lahan. Gempa tektonik kemudian terjadi karena adanya pelepasan energi yang telah lama tertimbun tersebut.
Daerah yang paling rawan gempa umumnya berada pada pertemuan lempeng-lempeng tersebut. Pertemuan dua buah lempeng tektonik akan menyebabkan pergeseran relatif pada batas lempeng tersebut, yaitu:
1.   Subduction, yaitu peristiwa dimana salah satu lempeng mengalah dan dipaksa turun ke bawah. Peristiwa inilah yang paling banyak menyebabkan gempa bumi.
2.   Extrusion, yaitu penarikan satu lempeng terhadap lempeng yang lain.
3.   Transcursion, yaitu terjadi gerakan vertikal satu lempeng terhadap yang lainnya.
4.   Accretion, yaitu tabrakan lambat yang terjadi antara lempeng lautan dan lempeng benua.
      
2.4  Proses Terjadinya Gempa Bumi
Gempa bumi yang terjadi ada banyak jenisnya, secara umum ada gempa bumi tektonik dan vulkanik, namun gempa bumi tektonik mendominasi kejadian gempa yang terjadi. Proses terjadinya gempa bumi tektonik dikelompokkan kedalam teori pergeseran sesar dan teori kekenyalan elastisitas.
Teori pergeseran sesar dimulai pada pergerakan interior bumi saat gaya konveksi mantel yang menekan kerak bumi. Karena kerak sifatnya rapuh, maka mengakibatkan pergeseran pada sesar. Dari pergeseran sesar, muncullah gempa bumi berupa aliran energi yang merambat ke permukaan. Sedangkan pada teori kekenyalan elastisitas terjadi pada saat gempa yang disebabkan oleh pergeseran atau patahan pada sesar baik itu sesar naik atau sesar turun. Patahan terjadi karena batuan mengalami tekanan terus-menerus. Apabila batuan sudah mulai jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Pada saat menerima tekanan maka akan terbengkok tapi saat mendapat tarikan akan kembali seperti semula. Hal itu yang disebut dengan teori kekenyalan elastisitas.
Dinamika bumi memungkinkan terjadinya Gempa bumi. Di seluruh dunia tidak kurang dari 8000 kejadian Gempa Bumi terjadi tiap hari, dengan skala kecil yaitu kurang dari Magnitude 2 sampai skala besar dengan kekuatan sekitar Magnitude 9.5 yang secara statistik hanya terjadi satu kali dalam 20 tahun di dunia. Dari kejadian Gempa Bumi dunia, kurang lebih 10% nya terjadi di Indonesia. Dinamika bumi digambarkan dengan pergerakan lempeng-lempeng yang menyusun kerak bumi. Pergerakan lempeng samudera terjadi karena ada proses naiknya magma ke permukaan (sea-floor spreading) secara terus menerus dari dalam kulit bumi di zona pemekaran samudera. Proses ini mendorong lempeng samudera yang mengapung pada lapisan yang bersifat padat tetapi sangat panas dan dapat mengalir secara perlahan. Pada saat lempeng samudera menyusup ke bawah lempeng benua terjadi gesekan yang menghambat proses penyusupan.
Gambar 2: Pergerakan lempeng penyebab gempa

Perlambatan gerak penyusupan tersebut menyebabkan adanya akumulasi energi di zona subduksi dan zona patahan.  Akibatnya, pada zona tersebut akan terjadi tekanan, tarikan, dan geseran.  Pergerakan lempeng-lempeng di dunia memungkinkan adanya interaksi antara lempeng yang satu dengan lainnya. Gempa terjadi bukan karena tumbukan dua lempeng, seperti di ibaratkan dua mobil saling bertabrakan yang asalnya saling jauh kemudian bertabrakan (terjadi crash). Untuk zona subduksi, gempa terjadi karena interaksi antar dua lempeng yang saling menekan sehingga terakumulasi energi yang cukup besar. Gempa itu sendiri terjadi karena kondisi batuan pada lempeng ataupun litosfer patah.
Patahan batuan terjadi dikarenakan batuan tadi mengalami tekanan ataupun tarikan secara terusmenerus, apabila elastisitas batuan sudah jenuh, maka batuan akan patah untuk melepaskan energi dari tekanan dan tarikan tersebut. Saat menerima tekanan, batuan akan terbengkokkan dan setelah melepaskan tekanannya batuan akan kembali ke bentuk semula, ini dikenal dengan ‘Elastic Rebound Theory’. Pelepasan energi tekanan yang sudah tertumpuk ini terjadi selama kurun waktu tertentu. Gempa yang terjadi di zona subduksi akibat patahan pada lapisan batuan atau lithosfer ini dapat berupa gempa dangkal  (shallow earthquake), menengah (intermediate earthquake), dan dalam (deep earthquake). Berdasarkan hasil penelitian para peneliti kebumian, disimpulkan bahwa  hampir 95 persen lebih Gempa Bumi alamiah yang cukup besar terjadi di daerah batas pertemuan antar lempeng yang menyusun kerak bumi  dan di daerah patahan atau fault. 
Secara tahapan dapat di jelaskan seperti berikut ini:
a.    Tahap pertama dua lempeng saling bertumbukan di zona subduksi terjadi tegangan geser.
b.   Tahap kedua lempeng yang berada diatas mulai mengalami tekukan sehingga terbentuk bukit di atasnya sementara itu tegangan geser terus bertambah. Pada tahap ini kecepatan gelombang seismik menurun.
c.    Tahap ketiga terjadi retakan-retakan pada batuan dan mencapai batas keseimbangan. Pada tahap ini gelombang seismik meningkat lagi.
d.   Tahap keempat terjadilah gempa bumi akibat dari batuan yang pecah, Slip atau batuan yang terkunci menjadi terlepas dan sejumlah energi akan dilepaskan. Kemudian energi ini akan merambat ke segala arah dalam bentuk gelombang longitudinal (gelombang P) dan gelombang transversal (gelombang S) rambatan gelombang ini yang akan menghancurkan bangunan-bangunan di atasnya.
e.    Tahap kelima terjadi keseimbangan baru pada saat selesai gempa bumi.

2.5  Potensi Gempa Bumi di Dunia
Gempa bumi merupakan bencana yang hampir terjadi di seluruh negara di dunia. Namun antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki intensitas gempa yang berbeda-beda. Menurut seringnya terjadi hentakan gempa, maka dapat diketahui terdapat jalur-jalur seismik (seismic belts). Diantara beberapa jalur-jalur seismik terdapat jalur yang paling sering terjadi gempa bumi adalah Circum Pacific Belt. Hampir 80% dari pusat gempa yang terekam bersumber pada jalur ini. Jalurnya mengikuti rangkaian pegunungan di Amerika Barat, mulai dari Cape Horn Ke Alaska, menyeberang ke Asia, menjulur di pantai ke arah selatan melalui Jepang, Filipina, New Guinea dan Fiji dan melingkar jauh ke selatan ke New Zealand (Sapiie, 2006:188).
Selanjutnya yaitu jalur Mediterran-Himalaya (Mediterranean-Himalayan belt), sekitar 15% gempa bumi bersumber pada jalur ini, memanjang dari Gibraltar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, melingkar dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, dan dari Flores ke arah utara, ke Sulawesi. Sisanya mengikuti jalur pematang tengah samudera. 
Gambar 3: Peta persebaran titik-titik rawan gempa di dunia.
2.6  Dampak Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan rambatan gelombang seismik yang berasal dari rambatan gelombang seismik yang berasal dari energi yang dilepas dari hasil pergerakan lempeng dapat menimbulkan dampak negatif yang menyebabkan bencana. Bencana yang ditimbulkan dari gempa bumi dapat berupa rekahan tanah (ground rupture), getaran tanah (ground shaking), gerakan tanah (mass movement), kebakaran (fire), perubahan aliran air (drainage changes), gelombang pasang/tsunami, dan lain-lain. Gelombang gempa yang merambat pada massa batuan, tanah, ataupun air dapat menyebabkan bangunan gedung dan jaringan jalan, air minum, telepon, listrik, dan gas menjadi rusak. Tingkat kerusakan sangat ditentukan oleh besarnya magnitude dan intensitas serta waktu dan lokasi epicenter gempa (Noor, 2011:251). Berikut merupakan dampak negatif dari terjadinya gempa.
1.   Rekahan/patahan di permukaan bumi (Ground rupture)
Pada umumnya gempa bumi sering kali berdampak pada rekah dan patahnya permukaan bumi yang secara regional dikenal sebagai deformasi kerak bumi. Deformasi kerak bumi dapat mengakibatkan permukaan daratan rekah dan terpatahkan hingga mencapai areal yang sangat luas. Salah satu bukti nyata terjadinya ground rupture adalah gempa yang terjadi pada Februari, 1976 dimana areal seluas 12.000 km2. Yang terletak di jalur patahan San Andreas, 65 km disebelah utara kota Los Angeles mengalami pengangkatan (uplifted) oleh pergeseran sesar San Andreas. Contoh lain dari deformasi kerak bumi adalah gempa bumi yang terjadi pada tahun 1964 di Alaska yang menghasilkan suatu rekahan dan patahan serta deformasi  batuan dimana daerah seluas 260.000 km2 terdiri dataran pantai dan dasar laut secara lokal terangkat setinggi 2 meter dan secara regional mencapai 16 meter (Noor, 2011:254).
2.   Getaran/guncangan permukaan tanah (Ground shaking)
Bencana gempa yang secara langsung teras dan berdampak sangat serius adalah runtuhnya bangunan-bangunan yang disebabkan oleh getaran/guncangan gempa yang merambat pada media batuan atau tanah. Pada umumnya bangunan-bangunan yang berada diatas lapisan batuan yang padat dampaknya tidak terlalu parah bila dibandingkan dengan bangunan-bangunan yang berada diatas batuan sedimen jenuh. Sebagai contoh kasus dari getaran gempa yang merusak kota San Fransisco pada tahun 1906 adalah gempa yang epicenternya berada di sepanjang jalur patahan San Andreas dan bagian dari segmen lepas pantai yang terletak di sisi luar Golden Gate merupakan segmen yang bertanggung jawab terhadap kerusakan kota San Fransisco (Noor, 2011:255).   
3.   Longsoran tanah (Mass Movement)
Gempa bumi juga dapat menyebabkan luncuran dan longsoran tanah yang umumnya dapat terjadi bersamaan dengan terjadinya gempa. Hampir semua longsoran dapat terjadi pada radius 40 km dari pusat gempa (epicenter) dan untuk gempa yang sangat besar dapat mencapai radius 160 km dan salah satu contoh adalah gempa bumi Alaska tahun 1964 yang memicu terjadinya longsoran atau gerakan tanah. Dalam hal ini gempa bersifat menginduksi terjadinya gerakan tanah, sedangkan longsoran dan gerakan tanah baru akan terjadi apabila daya ikat antar butiran lemah, kejenuhan batuan/sedimentasi, porositas dan permeabilitas batuan/tanah tinggi.
4.   Kebakaran
Kerusakan yang utama dan sering terjadi pada saat gempa bumi adalah bahaya kebakaran. Hampir sembilan puluh persen kerusakan yang terjadi di kota San Fransisco pada tahun 1906 adalah disebabkan oleh kebakaran yang berasal dari material bahan bangunan yang mudah terbakar, kerusakan peralatan yang berkaitan dengan listrik serta pecah dan patahnya saluran pipa gas, listrik, dan air. Pada umumnya gempa menginduksi api yang berasal dari putusnya saluran listrik, gas, dan pembangkit listrik yang sedang beroperasi yang pada akhirnya menyebabkan kebakaran (Noor, 2011:256).  
5.   Perubahan Pengaliran (Drainage Modifications)
Terbentuknya danau yang cukup luas akibat amblesnya (subsidence) permukaan daratan seperti dataran banjir (floodplain), delta, rawa yang diakibatkan oleh gempa bumi merupakan suatu permasalahan yang cukup serius. Perubahan pengaliran akibat penurunan permukaan daratan yang disebabkan oleh gempa memungkinkan terbentuknya danau-danau buatan dan reservoir baru serta rusaknya bendungan. Contoh kasus terjadinya perubahan pengaliran adalah gempa yang terjadi pada tahun 1971 di  San Fernando, California telah menyebabkan hancurnya bendungan Van Norman Dam, sedangkan gempa Alaska yang terjadi pada tahun 1864 meruntuhkan dua bendungan tipe earth fill yang berada di selatan kota Anchorage. Kedua bendungan tersebut dilalui oleh suatu rekahan dan patahan yang memotong badan bendungan dan telah merubah  pengaliran (drainase) yang ada di wilayah tersebut.
6.   Perubahan Air Bawah Tanah (Ground Water Modifications)
Ragam air bawah tanah dapat mengalami perubahan oleh perpindahan yang disebabkan oleh sesar atau guncangan contoh kasus dari perubahan air bawah tanah adalah gempa yang terjadi di sepanjang suatu patahan yang mengakibatkan terjadinya offset batuan di kedua sisi permukaan tanah dan aliran air bawah tanah di wilayah Santa Clara County, California, yaitu suatu wilayah yang terletak di bagian selatan teluk San Fransisco. Dalam kasus ini kipas aluvial yang sangat luas yang terletak di Alameda Creek yang terbentuk oleh sesar setinggi 8 meter menutup saluran-saluran sungai yang menuju ke teluk San Fransisco sehingga membentuk kolam-kolam yang sangat luas. Patahan ini juga berimbas pada air yang berada di bawah tanah, offset yang terjadi pada batuan yang berada dibawah tanah telah menyebabkan lapisan batuan yang permeabel tertutup oleh lapisan batuan impermeable sehingga menghasilkan daerah yang berada diantara gawir dan perbukitan mendapat air bawah tanah yang melimpah, sebaliknya daerah yang lain sedikit yang menerima air bawah tanah.
7.   Tsunami
Tsunami adalah suatu pergeseran naik atau turun yang terjadi secara tiba-tiba pada dasar samudera pada saat  terjadi gempa bumi bawah laut, kondisi ini akan menimbulkan gelombang laut pasang yang sangat besar yang lazim “tidal waves”. Istilah tsunami berasal dari bahasa jepang yang telah digunakan secara luas, baik untuk gelombang pasang “tidal waves” maupun gelombang yang disebabkan oleh gempa bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah “seismic sea waves”.
Mekanisme terjadinya tsunami yaitu sebagai berikut.
1. Diawali dengan terjadinya gempa yang disertai dengan pengangkatan sebagai akibat kompresi.
2.  Gelombang bergerak keluar ke segala arah dari daerah yang terangkat.
3.  Panjang gelombang berkurang tetapi tingginya meningkat saat mencapai bagian yang dangkal, kemudian melaju ke arah darat dengan kecepatan ± 100 km/jam setelah sebelumnya surut dulu untuk beberapa saat.
Gempa bumi yang memiliki intensitas yang besar juga selain menimbulkan kerusakan lingkungan, juga menimbulkan kerugian harta benda dan bahkan korban jiwa.
Gempa bumi, hampir selalu mencelakakan dan merugikan manusia, namun gempa bumi juga memberikan juga manfaat dalam ilmu pengetahuan, terutama dalam mempelajari planet bumi. Dengan mempelajari gerak pertama gelombang gempa yang sampai di seismograf, dapat diketahui gerak sesar yang menimbulkan gempa. Informasi yang dibutuhkan adalah rekaman waktu kedatangan body wave gelombang gempa. Perhitungan waktu tempuh gelombang, dengan pengandaian massa bumi uniform, dan waktu tempuh yang dicatat seismograf berbeda banyak. Hal ini diperkirakan bahwa body wave tidak mengalami kenaikan kecepatan, yang berarti merambat pada satu macam medium. Dengan kata lain, gelombang tersebut telah dipantulkan atau dibiaskan, sehingga tidak melalui medium yang berbeda. Adapun manfaat gempa bumi yaitu:
1.      Gempa bumi, sangat berguna bagi manusia karena mereka memberikan gambaran tentang keadaan yang terjadi di bawah tanah.
2.      Gempa juga memberikan informasi yang terjadi dalam struktur bumi, misalnya, ruang magma, dan memungkinkan para ilmuwan untuk memonitor gunung berapi dan ancaman letusan.
3.      Gempa bumi juga dapat dijadikan untuk mengetahui struktur internal Bumi. Dengan mengukur waktu yang diperlukan gelombang seismik untuk melintasi bumi kita bisa memetakan struktur bumi ke inti.
4.      Gempa bumi dapat merubah posisi mineral bumi, mineral yang awalnya berada di lapisan bumi paling bawah, dapat bergerak menuju lapisan yang lebih atas.

BAB III
PENUTUP

3.1  Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1.   Gempa bumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat dari terlepasnya energi yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang mengalami deformasi.
2.   Gempa bumi dapat dikelompokkan secara umum yaitu gempa vulkanik, gempa runtuhan, dan juga gempa tektonik.
3.   Gempa bumi di ukur dengan alat yang disebut dengan seismograf.
4.   Skala Richter (M) adalah satuan yang dipakai untuk mengukur besarnya magnitude gempa. Satuan besaran gempa berdasarkan satuan skala Richter adalah 1 hingga 10.
5.   Satuan intensitas dan magnitude gempa bumi dapat juga diukur berdasarkan dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh getaran gelombang seismik yang dikenal dengan satuan Intensitas Modifikasi Mercalli (MMI), nilai satuan ini berkisar dari 1 hingga 12.
6.   Gempa bumi umumnya terjadi karena runtuhan, gunung meletus, dan juga pergerakan lempeng di bawah tanah.
7.   Gempa bumi memiliki dampak negatif diantaranya longsoran tanah, kerusakan bangunan, korban jiwa, kebakaran, perubahan aliran air bawah tanah, dan tsunami.

3.2  Saran
Gempa bumi merupakan bencana alam yang terjadi hampir di seluruh dunia, maka dari itu sebagai manusia hendaknya memahami dengan baik karakteristik maupun bahaya yang ditimbulkan dari adanya gempa bumi sehingga jika terjadi gempa bumi kita telah siap dan jumlah korban, baik korban materi maupun korban jiwa dapat di minimalisir.
 


DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2011. Geologi untuk Perencanaan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sapiie, Benyamin dkk. 2006. Geologi Fisik. Bandung: ITB  
Tjsyono, Bayong. 2003. Geosains. Bandung: ITB





Tidak ada komentar:

Posting Komentar